Tubuh yang besar dengan penampilan yang sederhana, serta sosok yang penuh canda tawa mungkin dapat menggambarkan seorang Ponisih. Seorang wanita berusia 53 yang mengais rejeki dengan berjualan di warung tenda Alun-alun Utara Yogyakarta
Dari pukul 4 sore Ponisih berangkat menuju Alun-Alun Utara dan pukul 3 pagi pulang menuju Piyungan, itulah kegiatan sehari-hari ibu tiga orang anak ini. Wanita kelahiran Bantul ini, telah berjualan ronde dan jagung bakar di Alun-Alun Utara sejak 27 Mei 2006.
Dengan modal sekitar Rp. 1.500.000, Ponisih mendirikan warung tenda di Alun-Alun Utara Yogyakarta. “Pertama kali saya buka disini, saya membeli beberapa peralatan seperti gerobag, tenda, tikar, dan peralatan lainnya” kata nenek empat orang cucu ini. Sebelum berjualan di warung tenda, Bu Ponisih berjualan tongseng kambing di Jalan Kusuma negara, “Karena saat berjualan tongseng kambing sulit untuk mendapatkan bahannya, saya memilih berjualan seperti ini, yang gampang!” tambahan wanita yang kerap disapa Mak’e ini.
Setiap harinya Bu Ponisih mendapatkan hasil bersih sekitar Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,- dari berjualan wedang ronde, jagung bakar, dan aneka minuman dikala ramai. “kendala berjualan seperti ini adalah disaat hujan turun pengunjung sepi, bahkan tidak ada, tapi saat liburan atau saat ada acara disini, hasilnya ya alhamdulilah” tutur wanita kelahiran 31 Desember 1957 ini.
Rumah yang jauh dari beliau menjajakan dagangannya tidak menjadi kendala besar buat wanita ini. “saya setiap hari nglaju dari Piyungan pulang-balik Alun-Alun naik bus, berangkatnya saya bayar Rp. 5000, pulangnya Rp. 3000”, kata Mak’e. Tanpa ada rasa takut beliau pun menembus dinginnya malam serta beberapa bahaya yang mungkin dapat mengancam saat berjualan dan perjalanan pulang. “Tuntutan peranlah yang membuat saya menjadi kuat dan berani, karena suami saya sudah meninggal” ujarnya.
(ARIS HANUNG SETYAJI / 153080045 / F)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar